Metode Pendidikan di PM Tazakka (1)

Metode Pendidikan di PM Tazakka (1)

Al-tarîqah ahammu min al-mâddah, al-mudarris ahammu min al-tarîqah,

wa rûh al-mudarris ahammu min al-mudarris”.

 Artinya:metode itu lebih penting daripada materi, guru lebih penting daripada metode, dan jiwa guru lebih penting daripada guru itu sendiri.

 

Sebuah  lembaga pendidikan tidak dapat dijamin akan berhasil hanya karena program-programnya telah dirancang secara baik. Diperlukan metode yang benar dan tepat, agar penyelenggaraan kegiatan pendidikan ini berlangsung dan berhasil daya secara maksimal. Berikut ini beberapa metode pendidikan di PM Tazakka:

a.       Keteladanan

Keteladanan (uswah hasanah) merupakan metode pendidikan yang efektif dan efisien. Hal ini dibuktikan oleh keberhasilan praktik pendidikan yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAW.  Disebutkan dalam firman Allah:

لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة لمن كان يرجو الله و اليوم الآخر و ذكر الله كثيرا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(Q.S. al-Ahzâb: 21)

Dalam waktu yang singkat, Nabi SAW telah berhasil membawa bangsa Arab keluar dari kebobrokan sistem dan tatanan kehidupan era jahiliyah dan kegelapan menuju sistem dan tatanan kehidupan yang unggul dan bermartabat di bawah sinaran cahaya tauhid.

Penanaman nilai-nilai keikhlasan, perjuangan, pengorbanan, kesungguhan, kesederhanaan, tanggung jawab, dan lainnya akan lebih mudah dan tepat sasaran dengan pemberian keteladanan. Penanaman nilai-nilai semacam di atas tidak bisa hanya dilakukan melalui pengarahan, pengajaran, diskusi, dan sejenisnya,  karena hal tersebut lebih menyangkut masalah perilaku, bukan semata-mata masalah keilmuan.

Keteladanan juga diwujudkan melalui produktifitas dalam berkarya.  Seorang pemimpin dan semua pendidik harus menjadi teladan bagi anak didiknya. Di samping itu, pondok sebagai lembaga juga harus menjadi teladan dalam hal produktifitas. Di Tazakka, bagian terakhir ini ditunjukkan melalui aktifitas pembinaan masyarakat, baik pengajian rutin maupun tabligh akbar; pendirian Pondok; pembukaan usaha-usaha ekonomi dalam berbagai bidang; perluasan jaringan kerja dengan berbagai pihak; dan seterusnya.

b.      Penciptaan lingkungan(conditioning)

Lingkungan memainkan peran penting dalam proses pendidikan. Dalam pendidikan pesantren dengan sistem asramanya dengan tepat dapat disebut sebagai adanya suatu kesadaran mengenai betapa pentingnya peran lingkungan dalam proses pendidikan. Dengan berada dalam lingkungan yang sama antara guru dan murid,  lebih dimungkinkan terjadinya interaksi dan proses pendidikan dan pembelajaran yang berlangsung terus menerus. Santri bukan hanya dapat belajar secara langsung kepada gurunya mengenai persoalan-persoalan keilmuan, tetapi juga belajar mengenai persoalan-persoalan kehidupan. Kyai dan guru dalam lingkungan pesantren itu merupakan figur-figur yang menjadi sumber keteladanan bagi para santri dalam semua dimensi kehidupan. 

Terlebih lagi dalam sistem pendidikan pesantren modern, lingkungan dirancang secara sistematis untuk menjadi bagian yang sangat penting dalam proses pendidikan. Santri diwajibkan tinggal di kampus dengan menempati asrama-asrama yang telah ditentukan. Kehidupan mereka selama 24 jam diatur dan diprogram dengan kegiatan-kegiatan yang produktif dan kondusif untuk pencapaian tujuan pendidikan secara lebih optimal. Dalam kehidupan di asrama para santri memperoleh pendidikan kemasyarakatan. Pendidikan nilai-nilai kebersamaan, tolong-menolong, pengorbanan, tanggungjawab, kejujuran, dan nilai-nilai sosial lainnya diselenggarakan dalam kehidupan berasrama. Latihan berorganisasi dan kepemimpinan juga diperoleh santri dalam kehidupan berasrama. Penempatan santri di asrama tidak didasarkan pada asal daerah, kelas, prestasi akademik, maupun status sosial. Penempatan itupun tidak bersifat permanent; setiap satu semester selalu diadakan perpindahan antar kamar, sedangkan perpindahan antar asrama dilakukan setahun sekali. Di asrama para santri latihan berinteraksi sosial dengan santri lain dari latar belakang  yang berbeda-beda; daerah, suku, bangsa, sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan santri di asrama dan seluruh kegiatan santri yang lain dijadwal secara ketat dan dilaksanakan dengan disiplin yang tinggi.