AGUNG WISNU BHARATA, S.Sos, MM.:

AGUNG WISNU BHARATA, S.Sos, MM.:

Menjadi pejabat publik sebenarnya tidak ada kaitannya dengan strata sosial atas, melainkan adalah bagaimana menjadi pelayan publik/masyarakat yang baik dan benar, karena menjadi pemimpin rakyat hakekatnya adalah menjadi pembantu, pelayan dan mengabdi untuk masyarakat.

Begitulah prinsip atau keyakinan yang dipegang teguh oleh Bapak Agung Wisnu Bharata, S.Sos, MM. Berikut petikan wawancara redaktur KMT, Edi Buana dan Hakim As-Shidqi dengan Beliau di ruang kerjanya kantor Kesbangpolinmas Kabupaten Batang:

Bagi Bapak, sosok siapakah yang paling berpengaruh dalam kehidupan Bapak?

Sosok yang paling berpengaruh dalam kehidupan saya adalah orang tua, bapak dan ibu, saya banyak belajar dari mereka. Bapak saya adalah seorang guru, beliau sangat disiplin terhadap waktu, dan menghargai waktu sehingga itu mempengaruhi saya dalam keseharian saya, dari beliaulah saya belajar kedisiplinan. Disamping itu, beliau adalah sosok yang jujur, dan mengedepankan kejujuran, dari beliaulah saya belajar kejujuran. Beliau juga orang yang penuh tanggung jawab, saya juga belajar bertanggung jawab juga berorganisasi dari beliau. Sementara Ibu saya adalah seorang kepala desa, perangkat desa yang dekat dengan warganya. Beliau sangat menghargai orang lain, dan dermawan. Bagi beliau, menjadi pejabat bukan mengambil keuntungan dari jabatannya, melainkan mengabdi kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya. Beliau juga mengutamakan kemaslahatan bersama, dibanding kepentingan pribadi atau keluarga. Dari beliau berdua saya banyak belajar tentang hidup dan kehidupan ini.

Kesuksesan seseorang itu bukan hanya sekedar karena kemampuannya sendiri, tetapi peran orang tua juga sangat berperan di dalamnya. Bagi saya, saya ini bukan apa-apa tanpa orang tua, keberhasilan atau kesuksesan hidup seseorang itu dipengaruhi oleh ikatan hubungan dengan orang tuanya, cintanya, kepatuhannya, dan sebagainya setelah Allah dan rasul-Nya juga didukung dengan etos kerja yang baik.

“Hidup adalah proses menuju kematian, maka manfaatkanlah hidup dengan menjadikannya berkualitas”

Bagaimana Bapak memandang profesi Bapak sebagai pejabat publik?

Yang perlu dipahami bersama, jabatan publik itu berarti sebagai abdi masyarakat, pelayan rakyat, sebenarnya berposisi sebagai pelayan rakyat, berarti sebagai pesuruh rakyat. Jadi bagi saya, sangat aneh sekali manakala pejabat itu tidak dekat dengan rakyat, atau berada diatas rakyat, itu salah. Makanya kita harus mengikuti kemauan rakyat, dengan catatan mengikuti aturan main yang ada atau sesuai dengan prosedurnya. Kalau kita dihadapkan pada masalah birokrasi, maka ada yang namanya tugas pokok. Sebagaimana yang diajarkan oleh rasul menjadi pemimpin itu harus memiliki empat sifat, jujur, dapat dipercaya, bertanggungjawab dan pandai. Sebagai seorang birokrat, saya mempunyai keyakinan bila seorang birokrat, pejabat atau pemimpin itu tidak akan ada masalah apabila ia dapat menjadi contoh yang baik, teladan bagi rakyatnya. Bagi saya, rakyat itu tidak ada yang salah, yang salah itu pejabatnya. Bila pejabatnya baik, maka rakyatnya juga baik dan manut, itu pengalaman saya di Bandar dan Wonotunggal. Dekat dengan rakyat bukan berarti menghilangkan aturan, tetapi adalah bagaimana kita mau mendengarkan suara meraka, yang menjadi keinginan rakyat, jadi jangan ada jaga jarak antara pempimpin dan rakyatnya. Itulah inti dari sikap pengabdian itu. Selain itu keyakinan bahwa menjadi pemimpin yang adil, yang baik merupakan sebuah amal menghantarkan kita menuju syurga.

Dalam menghadapi permasalahan dalam menjalankan amanat, apa yang menjadi pedoman bapak?

Bagi saya letak dari solusi semua permasalahan adalah komunikasi, dan pemahaman. Tidak ada masalah yang tidak ada pemecahannya, manakala kita mau berkomunikasi sehingga terjalin persamaan pemahaman dan menjadi sebuah solusi dari sebuah permasalahan. Dalam hal komunikasi, kita harus humanis, memanusiakan manusia, tidak membeda-bedakan, mendengarkan, juga bersabar, juga harus komunikatif. Selain itu juga jangan beranggapan orang lain yang kurang sependapat dengan kita sebagai musuh, tetapi tetap bersahabat dan tidak membencinya. Dasar dari semua itu adalah rasa cinta, kasih sayang, bahkan terhadap semua makhluk Allah. Sehingga kita juga bersahabat dengan manusia, kita bersahabat dengan alam dan lain sebagainya, maka akan muncul rasa empati kita sehingga kita tetap tenang menghadapi sebuah permasalahan dan tetap bersabar dan ikhlas, karena inti dari semua yang kita lakukan hanyalah mencari Ridha Allah. Dan bukan karena sebab lain, naudzubillah kepentingan pribadi, insya Allah semua permasalahan tersebut akan mendapatkan penyelesaian.

Kadang, saya merasakan kemudahan dalam menjalankan tugas, menyelesaikan permasalahan, itu bukan berarti karena saya bisa, saya mampu, tetapi lebih karena terjadinya komunikasi sehingga hadir pemahaman yang sama, sehingga permasalahan tersebut terselesaikan. Juga doa dari keluarga.

 

Secara pribadi, bagaimana pandangan hidup bapak?

Saya memiliki keyakinan, bahwa hidup merupakan sebuah proses menuju kematian, sehingga momen hidup kita ini hendaklah diisi dengan kehidupan yang berkualitas, berbuat banyak kebaikan dan mengajak kebaikan serta meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat. Akhlak mulia, menjadi kunci dari hidup yang baik, maka bila ada orang yang mengajak kepada kebaikan seyogyanya kita mengikutinya.

Bapak menjadi salah satu pengurus yayasan tazakka, apa yang menarik bapak bergabung dengan Tazakka?

Saya merasakan adanya persamaan ide dengan tazakka, yaitu menjadi perekat ummat. Selain itu juga tidak mengingkari bahwa kita adalah bangsa Indonesia, dan menjadi perekat ummat berarti juga menjaga keutuhan hidup kita berbangsa dan bertanah air, menjaga keutuhan NKRI dan menuju kebangkitan ummat demi masa depan yang lebih baik.

 

Harapan bapak kepada Pondok Modern Tazakka?

Saya secara pribadi berharap, Pondok Modern Tazakka dapat menjadi pusat kemaslahatan ummat, menyebarkan kebaikan sebanyak-banyaknya, baik secara nasional maupun secara Internasional. Amin.

BIODATA:

Nama   : Agung Wisnu Bharata

TTL     : Purbalingga, 4 April 1971

Istri      : Nunik Tyaningrum, SH.

Anak   : Swandana Radika Whardana

            : Anggun Sekar Amalia

Pendidikan :

SD 1 Purbalingga

SMP 1 Purbalingga

SMA 1 Purbalingga

STPDN Bandung

S1 Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Negara (STIA LAN RI)

S2 Universitas Jendral Soedirman Purwokerto

 

Pengalaman:

Camat Wonotunggal 1995

Camat Bandar 1996

Kabag Pemerintahan Desa

Kenag Kesbangpolinmas Batang