H. Hanif Hafidz, S.Ag: “MENEMUKAN KETENANGAN DI PONDOK”

H. Hanif Hafidz, S.Ag: “MENEMUKAN KETENANGAN DI PONDOK” ust Hanif
H. Hanif Hafidz, S.Ag adalah salah seorang kader utama Pondok Modern Gontor yang saat ini diamanahi oleh Pimpinan Pondok untuk menjadi wakil pengasuh di Pondok Modern Gontor Putri 4 Kendari Sulawesi Tenggara, sosok guru yang disiplin ini menemukan kedamaian dan ketenangan didalam pondok.

 Berikut wawancara redaktur Koran Mini Tazakka Hakim As-Shidqie dan Edi Buana dengan beliau ketika berkunjung ke Pondok Modern Tazakka:
 
Bisa diceritakan kenapa Ustadz memutuskan untuk menjadi kader dan berjuang di Pondok Modern Gontor?
Setelah selesai mengabdi di Pondok Modern Gontor, saya berkeinginan untuk mengajukan izin pulang dari pondok dan meneruskan usaha orang tua di rumah. Namun belum sempat izin, pak kiai memanggil saya dan memberi instruksi “Hanif kamu bantu Ustadz Hamim di Gontor Putri 2, kamu ga usah izin pulang dulu, disini saja”. Saya sebagai santri beliau hanya bisa sam’an wa tha’atan, patuh dan taat. Setelah satu tahun, saya dipanggil lagi oleh pak kiai Syukri, “kamu saya beri waktu satu tahun untuk berfikir, mau berjuang di pondok atau tidak.” Satu tahun untuk berfikir karena menjadi kader itu berat, dan harus total, karena hidup dan mati kita di pondok. Dalam satu tahun berfikir tersebut, dan untuk meyakinkan diri saya, kira-kira bulan Mei 2004 saya pergi ke Jakarta mendatangi teman-teman untuk saya mintai pendapat, ini menjadi ukuran saya, apakah saya siap menjadi kader atau tidak. Intisari yang saya dapat dari perjalanan tersebut, mereka menyatakan bahwa hidupnya kurang tenang, walaupun menurut pandangan saya mereka sudah mapan dan berkecukupan secara materi, bahkan salah satu ada yang mengatakan pada saya, “kalau saya boleh kembali ke Gontor jadi guru, insya Allah saya akan kembali dan mengajar”. Dari Jakarta saya mengambil pelajaran bahwa ketenangan hati dan jiwa itu penting, dan saya dapat merasakannya di Pondok. Saya semakin yakin untuk berjuang di pondok, kemudian saya minta izin kepada orang tua, jawaban orang tua “itu masa depan kamu sendiri, apapun yang terjadi itu keputusanmu”, intinya beliau ikhlas saya berjuang di Gontor. Terakhir saya tanya istri saya, dijawab, “saya ikut mas, kalau mas berjuang di pondok, saya siap mendukung dan ikut berjuang”. Saya semakin mantap dengan keputusan untuk berjuang di Pondok. Maka pada tahun 2004, bersama dengan Ustadz Suwarno, dan Ustadz Mahbub, kami menyatakan siap menjadi kader Gontor. Mohon doa mudah-mudahan saya bisa istiqomah.
 
Tantangan apa yang Ustadz hadapi setelah menjadi kader?
Dulu, bayangan saya sebelum menjadi kader, kader itu sering dipindah-pindah, kesana dan kemari, dan saya takut akan hal tersebut. Tapi setelah saya menjadi kader, saya menjalani dipindah dari Gontor Putri 2, ke Gontor 6 Magelang, dan sekarang di Gontor Putri 4 Sulawesi, enjoy saja, ga ada masalah, karena niat saya untuk berjuang, dan tidak ada yang namanya berjuang itu enak, kita harus ingat perjuangan nabi Muhammad yang banyak ujiannya. Dijalani dengan ikhlas, memiliki misi yang jelas, li’ila’i kalimatillah, insya Allah perjuangan itu akan menjadi ringan. Pernah suatu ketika saya diamanahi pak Kiai untuk menjadi wakil pengasuh di Gontor Putri 4 Kendari Sulawesi Tenggara. Bagi saya dan istri, hal tersebut bukan masalah. Namun bagi anak saya, perpindahan ini merupakan masalah besar, karena anak saya sudah punya banyak teman di Magelang, dan lain sebagainya. Baru nyampai bandara Kendari yang sepi, anak saya ngajak pulang, “ayo bapak pulang saja, kembali ke Jawa!” Selama satu minggu anak saya tidak mau keluar rumah. Itu bagi saya ujian yang berat. Inilah bagian dari ujian tersebut, dan saya hadapi dengan ikhlas. Dan ada juga teman-teman kader yang gagal dalam ujian ini.
Ternyata yang saya alami belum seberapa, tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan perjuangan yang dialami oleh trimurti pendiri pondok, salah satu bentuk ujian dan perjuangan beliau, trimurti pada zaman itu makannya pakai gaplek, sambelnya sambel plelek, tempatnya paka lepek. Tiga hal ini merupakan simbol kemiskinan pada zaman tersebut. Dan itu dialami oleh trimurti dalam mendirikan pondok, rela mengalami kemiskinan untuk berjuang di pondok dan pada masa itu beliau berani mewakafkan hartanya untuk pondok. Akhirnya dengan keikhlasan yang demikian itu, Gontor menjadi seperti sekarang ini. Ada kata-kata Pak Sahal yang terbukti, bahwa Jawa, Sumatera, Sulawesi latarku, Amerika, Eropa dolananku. Itu terbukti sekarang, Gontor ada dimana-mana, ada di Sulawesi, Sumatera bahkan alumninya tersebar di seluruh dunia. Ini adalah buah dari keikhlasan para pendiri Gontor.
 
Bagaimana Ustadz sebagai wakil pengasuh menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah yang ada di pondok?
Masalah itu pasti ada di mana-mana, tak terkecuali di lembaga pendidikan. Di Gontor, kami menghadapi masalah; dari santri, wali santri, guru, keluarga, masyarakat dan lain sebagainya. Salah satu cara Gontor menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah tersebut adalah dengan adanya forum Kemisan, atau pertemuan guru-guru setiap minggu (hari Kamis) yang dipimpin oleh pak Kiai. Forum tersebut untuk mengontrol guru-guru, disiplin guru dalam mengajar, mengelola unit usaha dan lain sebagainya.  
Sementara untuk meminimalisir masalah santri di pondok, santri-santri disibukkan dengan banyak aktivitas; ada olah raga, pramuka, ekstra kurikuler, dan kursus-kursus. Dengan banyaknya aktivitas tersebut santri tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan tindakan-tindakan negatif.
 
Apa prinsip hidup yang Ustadz pegang teguh?
Kita harus ikhlas dalam mengerjakan sesuatu. Asalkan kita ikhlas, insya Allah petunjuk dan pertolongan Allah akan datang. Ingat, in tanshurullah yanshurukum wa yutsabbit aqdamakum. (Kalau kau menolong agama Allah, maka Allah akan menolongmu dan meneguhkan pendirianmu). Selain itu kita harus kerja keras, kerja sekuat tenaga, ada istilah dari pak kiai, berkerja keras, berpikir keras, bersabar keras dan berdoa keras. Perlu diingat, potensi yang kita miliki, kalau tidak kita gunakan akan mati. Tapi kalau digunakan, insya Allah akan berkembang. Contoh latihan angkat barbel, gerakannya kan sama, tapi kalau dilakukan terus menerus, hasilnya kan semakin kuat, demikian potensi kita.
 
Harapan Ustadz terhadap Tazakka?
Saya melihat ada keikhlasan di Tazakka, terbukti dari dukungan masyarakat, kegiatan kemasyarakatannya, meskipun pondoknya belum dibuka, dan saya merasakan ada “berkah” di Tazakka ini. Ini merupakan tanda adanya keikhlasan di Tazakka. Dengan SDM yang ada sekarang, saya yakin Pondok Modern Tazakka bisa bediri dan berkembang sebagaimana yang dicita-citakan.
 
BIODATA:
Nama         : H. Hanif Hafidz, S.Ag.
TTL             : Lamongan, 05 Mei 1974
Istri              : Iif Atikah
Anak           : M Zaki Azra
                      M Anas Muzakky
Hobi            : Olahraga (basket)
Pendidikan:
                      Pondok Modern Darussalam Gontor (1996)
                      Institut Studi Islam Darussalam (2000)
Motto          : Hidup sekali hiduplah yang berarti