H. Andi Arslan Djunaid, SE; Setiap Usaha Harus Membawa Kebaikan Di Manapun

H. Andi Arslan Djunaid, SE; Setiap Usaha Harus Membawa Kebaikan Di Manapun

Bagaimana Bapak memulai usaha?

Saya terlahir di dalam lingkungan orang-orang pedagang, dari keluarga, tetangga dan masyarakat semuanya pedagang. Jadi, jiwa enterpreneurship dalam diri saya itu sudah ada, tinggal jiwa tersebut diasah atau tidak, digunakan de­ngan baik atau tidak. Jika tidak digunakan dengan baik, maka akan menjadi tumpul, tetapi apabila ia diasah, maka akan menjadi tajam dan insting berdagangnya semakin kuat. Nah, ketika saya kuliah di Jogja, tahun ke 3 atau 4, meskipun sebenarnya keluarga saya mampu untuk membiayai kuliah saya, tapi saya tidak mau bergantung pada orang tua, saya ingin mandiri, saya melihat ada peluang usaha. Lingkung­an rumah saya adalah pengrajin batik, dan saya juga punya banyak teman di Jogja. Lalu saya memberanikan diri untuk “kulakan” (belanja) batik dari saudara dan tetangga-tetangga saya, kemudian saya jual ke teman-teman di Jogja.

 Sampai suatu ketika, saya dijuluki oleh teman-teman sebagai ‘Mas Karyo’, karena saat itu lagi tayang sinetron Si Doel Anak Sekolahan, dan didalamnya ada tokoh Mas Karyo, yang suka jualan batik. Tapi saya tidak malu, karena saya yakin apa yang saya lakukan adalah baik dan halal. Alhamdulillah, usaha saya berkembang. Dari awalnya saya minta pembayaran “kulakan” satu bulan, karena lancar, bisa mundur dua bulan, tiga bulan. Begitupun dengan teman-teman saya, karena sebagaian dari luar Jawa dan keluarganya juga berjual­an batik, maka mereka minta barang, saya sediakan dengan syarat dibayar diawal, bila nanti ada yang tidak terjual boleh dikembalikan dan uangnya juga saya kembalikan. Disinilah saya belajar usaha dengan kepercayaan dari sebuah modal ‘dengkul’.
Setelah lulus kuliah, saya nekat mencoba peruntungan di Jakarta, sebagai sarjana yang baru lulus saya mencoba melamar pekerjaan tapi ‘ndilalah’nya belum diterima dimanapun, akhirnya saya ikut tante saya di Jakarta sambil belajar beberapa usaha, dan akhirnya saya merintis usaha dibidang properti dan keuangan. Alhamdulillah, berkembang, besar dan berkah.
Saya melihat suatu usaha, saat ini, kenapa usaha batik itu rata-rata maju? Karena berkah. Disetiap lembar kain batik itu bisa menghidupi orang banyak. Seperti yang saya terapkan dalam usaha saya, semisal properti. Dalam suatu proyek, saya bisa memperkerjakan 400-an orang, jadi bisa menghidupi orang banyak, ini menurut saya suatu keberkahan. Dan saya sangat mempercayai konsep keberkahan, bekerja atau berusaha itu untuk mencari berkah.
 
Pernahkah Bapak mengalami masa-masa sulit dalam menjalankan usaha? Bagaimana mensikapinya?
Saya pernah mengalami jatuh bangun dalam usaha, tapi kembali lagi pada saya sangat mempercayai konsep keberkah­an. Kalaupun saya pernah jatuh itu karena faktor bukan dari diri saya, seperti ditipu. Tapi yang saya pegang adalah jangan sampai saya menipu orang atau mencederai janji dengan orang. Pengalaman saya ketika jatuh, ada teman yang membantu saya karena dia tahu saya dapat dipercaya dan tidak pernah menipu. Maka sifat kejujuran, kepercayaan ini yang saya pertahankan. Proses jatuh bangun dalam sebuah usaha adalah hal yang biasa terjadi. Semuanya kembali kepada diri kita, mau jalannya baik atau tidak, karena proses untuk naik lagi itu mudah asal kita baik, masih dapat dipercaya. Ini berdasarkan pengalaman saya.
 
Bagaimana Bapak memandang sebuah kesuksesan dalam sebuah usaha?
Sukses dalam bisnis usaha itu relatif, kalau kita menilai dari sisi duniawi, ya tidak akan ada habisnya. Alhamdulillah, saya banyak diwarisi PR-PR proyek sosial dari keluarga seperti­ pembangunan masjid dan pondok pesantren, yang nota bene kita harus mengeluarkan dana untuk kegiatan tersebut. Inilah yang saya syukuri, saya memiliki dua tanggung jawab, tanggung jawab duniawi dan tanggung jawab ukhrowi. Jadi ketika saya berbisinis, mencari nafkah, saya harus bisa membedakan mana yang untuk keluarga mana yang untuk kegiatan sosial, kalau zakat itu wajib, tapi ini diluar zakat, ada sedekah dan lain-lain. Saya teringat nasehat bapak saya (alm. Pak Zaky): “Orang kaya itu banyak, tapi orang kaya yang bloboh itu sedikit.” Jadi banyak orang kaya, tapi belum tentu ia mau mengeluarkan hartanya untuk sedekah. Itulah pendidikan yang saya dapat dari bapak saya. Sehingga orientasi bisnis saya bukan hanya sekedar berapa banyak yang saya dapat (keuntungan), tapi lebih seberapa banyak yang saya berikan (konsep keberkahan). Bisnis atau usaha bagi saya harus memiliki nilai keberkahan dan tanggung jawab sosial.
 
Bapak sebagai Ketua Umum Kospin Jasa dan juga seorang usahawan, bagaimana menyikapi kedua hal tersebut?
Profesional, saya harus bersikap profesional dalam hal ini. Ada nilai-nilai yang diwariskan dari kakek dan ayah saya, yaitu di Kospin Jasa tidak boleh ada uang pelicin. Anda bisa bayangkan, setiap bulan saya menandatangani kredit ratusan bahkan milyaran rupiah, kalau menurut ‘kebiasaan’ di negara kita, hal yang semacam ini ‘biasanya’ ada uang pelicin, tapi tidak ada satu rupiahpun yang masuk kantong pribadi. Ini adalah nilai yang saya warisi dari pak Zaky. 
Selain itu, ada yang beranggapan dengan jabatan saya di Kospin Jasa ini, saya sebagai pengusaha mendapat fasilitas kredit dari Kospin Jasa, atau bisa dengan semau saya kredit di Kospin Jasa. Memang benar, saya mengambil kredit di Kospin Jasa, tetapi saya tetap mengikuti prosedur yang ada. Saya kan juga anggota koperasi, jadi boleh dong saya kredit untuk usaha saya? Dan saya tetap mengikuti prosedur yang ada dan tidak menyalahkan gunakan wewenang saya sebagai ketua umum. Kredibilitas saya lebih mahal dari hanya sekedar uang atau harta. Disini saya harus bertindak profesional dan proporsional.
 
Generasi ketiga, ada harapan terhadap Bapak untuk memajukan Jasa, lebih dari almarhum Pak Zaky, tapi ada juga yang pesimis, bagaimana tanggapan Bapak?­
Ada anggapan bahwa sebuah usaha ditangan generasi ketiga itu jatuh. Tapi di Kospin Jasa itu beda, memang dari Pak Zaky ke saya langsung, tapi dari Pak Djunaid ke Pak Zaky kan tidak langsung, ada dua orang sebelumnya. Saya mengamati dan menganalisa, kenapa sebuah perusahaan itu bisa jatuh setelah masa peralihan? Salah satunya dise­babkan karena penerusnya tidak atau belum tahu apa-apa ketika ia mewarisi usaha tersebut. Ini juga berbeda, saya juga bukan orang baru yang tidak tahu Kospin Jasa. Saya sudah menjadi anggota terlebih dahulu sebelum saya menjadi ketua umum. Saya juga ikut berkontribusi dalam perkembangan Kospin Jasa, sebelum menjadi ketua umum. Singkatnya, sedikit banyaknya saya sudah paham, mengerti dan ikut berkontribusi di Kospin Jasa. Saya juga bersyukur sudah 15 tahun tinggal di Jakarta, dan saya banyak belajar tentang manajemen, usaha dan bisnis dari teman-teman yang ada disana. Dengan kata lain, saya sudah punya konsep tentang manajemen dan lain sebagainya. Nah, saya ingin membawa budaya kerja yang profesional ke dalam pelayanan yang prima di Kospin Jasa, karena dalam hal ini pelayanan prima yang menentukan kepuasan nasabah atau pelanggan.
 
Membangun masjid, mengadakan kegiatan sosial, pada prinsipnya untuk apa?
Begini mas, kalau zakat itu berarti membersihkan harta kita. Nah, bagi saya itu belum cukup, maka saya juga mengeluarkan sedekah. Saya sangat mempercayai konsep keberkahan. Kalau harta kita berkah, maka juga seharusnya mendatangkan kebaikan bagi orang lain. Jadi, mari kita melihat pada nilai manfaat. Jangan hanya melihat secara sederhana, tapi mari melihat dari nilai manfaat yang dihasilkannya. Bila ada hal yang kurang baik misalnya, jangan hanya dilihat kekurangannya, tapi masih adakah kebaikan itu. Kongkritnya, apabila ada hal 10% keburukan, dan masih punya 90% kebaikan, apakah harus kita tinggalkan? Kita ambil yang 90% dan kita tinggalkan yang 10%. Begitu, kan? Membangun masjid, kegiatan sosial dan lainnya sebenarnya untuk membentengi diri kita agar tidak selalu mengejar keduniawian, jadi harus seimbang dunia dan akhirat.
 
Kalau boleh tahu, apa prinsip hidup yang Bapak jalani?
Prinsip hidup saya sederhana. Bahwa kita harus bisa membawa kebaikan dimanapun kita berada. Sederhana, tetapi bila dijabarkan akan sangat luas. Saya pengusaha, saya harus membawa kebaikan dimana saya berusaha, dan memberikan kebaikan bagi orang lain. Lewat Kospin Jasa, membantu orang dan lain sebagainya. Intinya, kepada konsep keberkahan. Selain itu, seorang musuh itu sudah amat banyak bagi saya, tapi seribu teman itu masih sangat sedikit bagi saya.
 
Apa pesan dan harapan Bapak kepada Tazakka?
Bagi saya, Tazakka memiliki gagasan, cita-cita dan konsep yang sangat baik dan bagus sekali. Tetapi didalamnya pastilah banyak ujian dan cobaannya. Maka dibutuhkan kesabaran yang luar biasa, pengertian yang luar biasa, dan semangat juang yang prima. Oleh karenanya, yakinlah bahwa Tazakka­ akan dapat mencapai apa yang dicita-citakan dan insya Allah­ akan ada keberkahan didalamnya. Tetapi perlu diingat ujian dan cobaannya pastilah sangat berat, namun perlu diingat bahwa niatan yang baik pastilah akan mencapai tujuan dan hasil yang baik pula. Keikhlasan sangat­ berpengaruh kepada keberkahan. Pesan saya teruslah berjuang, jalan masih panjang dan saya berharap semoga Tazakka dapat secepatnya mencapai yang dicita-citakan sehingga kebaikan dan keberkahan Tazakka­ dapat menular dan akan ada Tazakka-Tazakka lain di Indonesia dan membuat perubahan yang baik dan keberkahan bagi bangsa dan umat. Amin.
 
 
BIODATA
Nama : H. Andi Arslan Djunaid, SE.
TTL : Pekalongan, 5 Juli 1971
Istri : Hj. Ita Winarni
Anak : Keisha Andita Dzikra
 
Riwayat Pendidikan:
TK, SD, SMP, SMA Ma’had Islam, Pekalongan
 
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
Jabatan:
  1. Ketua Umum Kospin Jasa
  2. Direktur Utama PT Jasa Investindo
  3. Komisaris Utama PT Jasa Utama Kapital
  4. Komisaris Utama PT Nusa Pratama Properti
  5. Komisaris Utama PT Kartika Indo Bali
  6. Komisaris Utama PT Mega Surya Arstama