JAGAD RAYA BERTASBIH

JAGAD RAYA BERTASBIH

Seluruh jagat raya bertasbih memuji dan mengagungkan Allah SWT. “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (Qs. Al-Isra [17]: 44)

Seluruh jagat bertasbih dengan caranya sendiri. Baik benda hidup maupun benda mati, seluruhnya bertasbih: “tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya.” Hanya saja manusia yang tidak mengerti cara tasbihnya makhluk-makhluk Allah yang lain.

Bisa jadi, tasbihnya ayam adalah ketika dia berkokok di pagi buta, atau ketika bertelur dan telurnya  dimakan manusia; itulah tasbihnya ayam. Bisa jadi, tasbihnya sapi adalah ketika ia memberikan susunya untuk manusia, dan mempersembahkan dagingnya untuk dimakan. Bisa jadi pula, tasbihnya burung adalah dalam setiap kepakan sayapnya saat terbang. Tasbihnya laut mungkin saja pada ombaknya, atau pada kesediaannya menjadi tempat aneka tumbuhan dan binatang laut hidup di dalamnya. Tasbihnya bumi bisa jadi adalah ketika ia menumbuhkan tanaman, menjadi tempat hunian manusia dan bahkan tempat dikuburnya manusia.

Itulah diantara contoh penafsiran tentang kemungkinan cara bertasbihnya makhluk kepada Tuhannya. “…Tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka…” Meskipun tidak mengerti,  tetapi kita tetap harus percaya bahwa: “…Tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya…”

Semuanya bertasbih mengagungkan Allah SWT dengan caranya masing-masing. Dalam surat Ar-Rahman juga ditegaskan:”Bintang-bintang dan tumbuhan keduanya bersujud tunduk kepada Tuhannya.”  Dalam surat lain ditegaska  pula: “Telah bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. Al-Hasy [59]:1)

Sebagai manusia, kita ini berada di atas bumi dan di bawah langit; jadi apa jadinya jika kita tidak termasuk yang sedang bertasbih? Tentu saja, ini akan merusak tatanan kosmologi secara keseluruhan. Bumi yang selalu bertasbih akan enggan kita memijakkan kaki di atasnya, dan langit pun seolah tak mau menaungi kita lagi; karena mereka semua bertasbih bersama makhluk-makhluk Allah yang lainnya, sementara kita sendiri sering mengabaikannya.

Nabi SAW pernah bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba muslim mempunyai dua pintu di langit: satu pintu untuk menurunkan rezekinya, dan pintu yang lain untuk memasukkan amal dan ucapannya. Ketika kedua pintu itu diacuhkan, keduanya menangisi orang tersebut. Lalu Nabi membaca ayat ini: “ Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka dan merekapun tidak diberi tangguh.” (Qs. Ad-Dukhan [44]: 29)

Ibnu Abbas RA menafsirkan: Bumi menangis karena tempat sujudnya manusia adalah di bumi; sedangkan langit menangis karena tempat diangkatnya amal adalah langit. Maksudnya bahwa jika bumi tidak lagi digunakan sebagai tempat sujud, dan yang diangkat ke langit justru amal kejahatan dan kemaksiatan kita, maka ketika mati mereka tidak menangisi kita.

Momentum tahun baru semestinya tidak diisi dengan hura-hura dan pesta kembang api serta segala bentuk kegiatan yang tidak bermanfaat, melainkan dengan memperbanyak tasbih, tahmid dan takbir kepada-Nya. Dengan demikian kita telah meneguhkan diri berada dalam orbit tasbih bersama seluruh makhluk di jagat raya ini.

Jika mengabaikannya, maka kita telah keluar dari orbit tasbih. Maka bisa jadi, bumi, laut, langit,  gunung, dan segenap makhluk-Nya tidak lagi menjadi sahabat kita. “Ya Allah, janganlah Kau hukum kami apa yang kami lupa dan keliru; jangan pula Kau timpakan hukuman kpd kami seperti kepada umat-umat terdahulu; jangan pula Kau hukum kami apa yang kami tidak sanggup memikulnya.”

Oleh karenanya, marilah memperbanyak tasbih, tahmid, takbir dan tahlil serta berusahalah senantiasa dalam kedekatan kepada-Nya dalan situasi apapun. Inilah salah satu upaya yang diyakini bisa menghindarkan kita dari siksa dunia dan adzab akhirat.