SAKRALISASI UJIAN DI TAZAKKA

SAKRALISASI UJIAN DI TAZAKKA

Tazakka. Pondok Modern Tazakka untuk pertama kalinya mengadakan Ujian Semester 1 tahun ajaran 2013/2014. Ujian semester 1 ini dilaksanakan mulai tanggal 15 hingga 31 Desember 2013 dengan melibatkan 146 siswa dan 41 guru.

“Ujian di Tazakka memang berbeda.” Nampaknya kalimat ini pantas menggambarkan sistem ujian yang dilaksanakan di PM Tazakka, khususnya pada Ujian Semester 1 ini. Bagaimana tidak? Ujian ini  tak hanya menyita perhatian dari para peserta ujiannya saja, namun juga Pimpinan Pondok, Direktur KMI, guru-guru senior, hingga seluruh guru KMI. Hal ini sesuai de­ngan yang dikatakan oleh Pimpinan PM ­Tazakka sebelum ujian dilaksanakan, “Ujian ini tak ha­nya bagi para santri, namun bagi kita semua.”

Dimulai dari tahap persiapan ujian, suasana pondok terasa berbeda dari hari-hari sebe­lumnya. Dalam suasana ujian seperti ini, setiap siswa akan sangat sibuk dengan buku-buku pelajarannya. Mereka membaca, memahami, menghafal semua materi yang telah diajarkan. Buku adalah teman setia santri setiap saat. Para asatidz pun selalu siap sedia selama 24 jam untuk membantu dan membimbing mereka.

Ujian yang berlangsung selama sete­ngah bulan ini diawali dengan ujian lisan, atau yang lebih akrab dikenal dengan ‘Imtihan Syafahi’. Ujian lisan berlangsung selama 7 hari, melibatkan sebagian besar guru KMI. Disiplin yang dijalankan memang sungguh ketat, baik bagi siswa itu sendiri maupun guru KMI. Kewajiban dalam berbagai hal mengikat disiplin bagi para penguji ini, seperti hadir sebelum bel pukul 06.55 pagi, membuat i’dad persiapan ujian, mengisi blanko nilai dari yang jenis centang hingga pengisian nilai, ketepatan dalam mengambil waktu istirahat, menjaga kebersihan, ketertiban, kewibawaan ruangan ujian hingga batas diperbolehkan keluar pukul 11.30 siang. Para penguji sebelum memasuki ruang ujian dianjurkan untuk melaksanakan sholat dhuha, sebagai proses penyucian diri (tazkiyah) sebelum menguji para siswa.

Dalam ujian syafahi ini, setiap siswa diuji sebanyak tiga kali yang meliputi, ujian ­Al-Quran, ujian Bahasa Arab, dan ujian Bahasa Inggris. Materi-materi yang diujikan dalam ujian Al-Quran terdiri dari Qira’atu-l-Quran, Taj­wid, Ibadah Qauliyah (Al-Adzkar wa Al-Ad’iyah), Ibadah ‘Amaliyah (praktik ibadah) dan Hifdzu Juz ‘Amma. Untuk materi ujian Bahasa Arab, di­antaranya adalah Muhadatsah (Percakapan), Mahfudzat, Mufradat, dan Imla’. Sedangkan ­ujian Bahasa Inggris, meliputi; Conversation, Reading, Vocabularies, dan Translation.

Ujian lisan diadakan dalam rangka memupuk kepercayaan diri dan kematangan dalam penguasaan materi pelajaran.

Dilanjutkan dengan ujian tulis atau dikenal dengan istilah ‘Imtihan Tahriri’. Ujian ini menjadi puncak dari rentetan ujian sebelumnya. Ujian ini dilaksanakan selama 8 hari dengan 3 jam pelajaran tiap harinya. Ujian tulis di PM Tazakka tergolong sangat ketat. Betapa tidak, setiap ruang diawasi oleh 3 orang guru dengan berdiri selama 90 menit sesuai dengan waktu yang diberikan kepada para peserta. Para pe­ngawas inipun masih saja diawasi oleh pengawas umum yang selalu keliling tiap saat.

Jangankan berbuat curang, terbesit dalam pikiran saja tidak boleh. “Jangan sekali-kali mendekati berbuat curang dalam ujian!” Demikian seru Pimpinan PM Tazakka saat pembukaan ujian tulis (23/12). Sistem yang dilaksanakan ini, merupakan sistem ujian yang akan terus dijaga kesucian dan kesakralannya. Oleh karena itu, tiap kali ujian datang, dari para santri hingga kiai pun, juga merasa diuji, hanya saja materi, pengawas, disiplin, serta amanah yang ditanggung tentunya berbeda, sesuai dengan kapasitas masing-masing. Ini semua dilakukan bukan hanya sekedar mencari nama, atau pun merasa ‘sok’ dengan ketatnya disiplin yang ada. Akan tetapi cita-cita yang ada lebih jauh dari itu, yakni menjaga kualitas dan kesucian ujian itu sendiri. Karena kualitas ilmu yang ada pada para santri, tentulah harus didapat dengan perjuangan serta kesungguhan masing-masing personal.

Melalui ujian semua mengevaluasi diri, ­san­tri bisa mengukur kemampuannya dalam menye­rap pelajaran, guru juga mengevaluasi tentang metode pembelajaran yang selama ini diterap­kan, pondok juga secara umum mengevaluasi mengenai sistem dan miliu yang selama ini dipersiapkan. Semua memperbaiki kekura­ngan dan mengejar ketertinggalan.