Seminar Konseling Tingkatkan Profesionalisme Guru

Seminar Konseling Tingkatkan Profesionalisme Guru

TAZAKKA – Dalam rangka meningkatkan kapasitas guru dalam mendidik dan mengasuh, Tazakka selenggarakan Seminar dan Pelatihan Konseling dengan tajuk: Counselling Technique for Educational, (17-19/10).

Hadir sebagai narasumber utama adalah Ustadzah Hj. Anisia Kumala ­Masyhadi, Lc., M.Psi., Wakil Dekan Fakultas Psikologi UHAMKA. Kegiat­an yang diikuti oleh seluruh guru PM Tazakka ini menitikberatkan pada pembahasan tentang bimbing­an dan konseling di pesantren.

Hal ini sangat penting karena guru-­guru yang ada di pondok pesantren berperan tidak hanya sebagai guru, namun juga sebagai orang tua sekaligus sahabat, karena para santri hidup di pesantren bersama guru-gurunya selama 24 jam dalam sehari.

Pada sesi pembukaan, Pimpinan­ PM Tazakka, KH. Anang Rikza ­Masyhadi, MA., menyampaikan bahwa guru tidak boleh salah dalam mendidik, karena jika salah, maka akan fatal untuk masa depan anak. Menurutnya,  obyek pendidikan guru adalah manusia yang punya pera­saan, cita-cita, dan masa depan, bukan mesin. 

"Anak-anak itu kan gambaran masa depan, nah kita itu mendidik otak dan perasaan masa depan, maka kalau gurunya tidak berwawasan masa depan, ya sulit", tandasnya.

Sementara itu, Ustadzah Anisia menyampaikan materinya tentang remaja dan problematikanya. Menurutnya, masa remaja adalah masa transisi, masa pencarian identitas, masa yang senang berekspresi, masa yang selalu ingin perhatian baik dari orang tua, teman, maupun guru. "Maka jangan sampai masa keemasan mereka berlalu begitu saja tanpa ada perhatian dari kita," terangnya.

"Ini pertaruhan kita sebagai pendidik yang mendidik anak-anak pada masa keemasan, kalau kita berhasil membentuknya bisa dahsyat nanti jadinya, tetapi kalau gagal, maka akan menjadi beban seumur hidup," tukasnya. 

Pada sesi pembahasan tentang­ “Positive Education and Teacher,”­ Ustadzah Anisia yang diamanati­ oleh Pimpinan Pondok sebagai Deputi Pengembangan Akademik dan SDM menerangkan tentang bagaimana membangun suasana penuh perhatian, penerimaan,­ penghargaan positif dan rasa nyaman.­ "Jangan sampai kita terjebak paradigma lama, bahwa guru dikatakan hebat, jika anak didik semakin takut kepada guru­nya" ujarnya.

Menurutnya, guru harus mengantarkan anak didik mencapai cita-cita­nya dengan motivasi positif, bukan dengan motivasi negatif. "Misalnya, keinginan anak menjadi dokter, kalau diantarkan dalam suasana negatif, kelak akan menjadi dokter yang hanya 

sekedar dokter, tidak sensitif terhadap masalah kemanusiaan," papar-nya dengan bersemangat.

Anisia menyatakan bahwa setiap guru pada dasarnya adalah konselor. Sikap tegas tidak selalu berkonfrontasi dengan kasih sayang. "Jika ada anak yang me­langgar, guru harus memberi sanksi, akan tetapi pemberian sanksi harus dengan hati, bukan emosial," terangnya. 

"Pembunuh motivasi terbesar anak didik adalah ketika pendidik tidak merasa puas untuk menghukum anak didik yang dihukumnya. Guru juga tidak boleh membanding-bandingkan anak dengan anak yang lain. Guru harus hati-hati dalam mendidik remaja, karena itu akan membentuk karakternya," lanjutnya. 

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan­ seminar ini, para Wali Kelas, Wali Kamar dan seluruh guru membuat Action Plan yang akan diterapkan dalam membimbing santri-santrinya.

 Direktur KMI PM Tazakka, M. Bisri, S.H.I., M.Si., menyatakan bahwa ke­giatan peningkatan kapasitas guru seperti­ ini akan terus dilakukan, dengan mengundang para ahli pada bidang­nya masing-masing.

Jangan sampai kita terjebak paradigma lama, bahwa guru dikatakan hebat, jika anak didik semakin takut kepada gurunya

 

– Hj. Anisia Kumala Masyhadi, Lc., M.Psi – Wakil Dekan Psikologi, UHAMKA, Jakarta