Wakil Rektor Al-Azhar Kairo Kunjungi Tazakka

Wakil Rektor Al-Azhar Kairo Kunjungi Tazakka

TAZAKKA – Wakil Rektor Universitas Al-Azhar, Kairo, Prof. Dr. Muhammad Abu Zaid Al-Amir mengunjungi Pondok Modern Tazakka, jelang Shalat Dhuhur (30/11). Setelah ramah tamah sejenak bersama Pimpinan Pondok dan Yayasan, mereka menuju ke Masjid Az-Zaky untuk menunaikan Shalat Dhuhur berjamaah dengan para guru dan santri. Bertindak sebagai imam shalat Prof. Abu Zaid Al-Amir.

Usai Shalat, Pimpinan Pondok mendaulat Prof. Abu Zaid Al-Amir untuk memberikan Kuliah Umum kepada santri kelas 5 dan 6 yang mukim di pondok.

Sebelumnya, KH. Anang Rikza Masyhadi, MA dalam sambutannya menyambut hangat kunjungan Mantan Dekan Fak. Dirasat Islamiyyah Al-Azhar itu. “Kunjungan beliau ini sungguh bersejarah bagi Tazakka, karena selain sebagai seorang intelektual muslim terkemuka dunia, kunjungan Prof. Abu Zaid ini merepresentasikan Al-Azhar sebagai institusi pendidikan tinggi Islam tertua di dunia. Jadi, hari ini Al-Azhar Kairo mengunjungi Pondok Modern Tazakka” ujarnya.

Menurut Kiai Anang, ini juga mengibaratkan kunjungan ini seperti kunjungan induk ke cabang; kunjungan guru kepada muridnya. “Tazakka ini berkiblat kepada Al-Azhar dalam metode dan kurikulum pembelajarannya, sehingga kita bisa diberi ijazah Penyetaraan KMI Tazakka dengan Sekolah-sekolah Menengah Al-Azhar baik untuk bidang agama maupun sainsnya, maka ini ibarat kunjungan induk kepada cabangnya” lanjutnya.

Selanjutnya, dalam tausyiahnya Prof. Abu Zaid menyampaikan tentang keutamaan menuntut ilmu. Mengutip Hadis Rasul SAW yang langsung ditirukan oleh para santri, Prof. Abu Zaid menegaskan bahwa para santri di pondok ini ibarat sedang dalam perjalanan ke surga. “Barang siapa yang berjalan untuk mencari ilmu maka Allah memudahkan jalannya ke surga“.

Menjadi orang yang berilmu itu penting, karena keilmuan itulah warisan para nabi dan rasul. Menyitir Hadis Nabi bahwa para nabi dan rasul tidak mewariskan dinar atau dirham, akan tetapi mewariskan ilmu. Maka, barangsiapa yang mengambil warisan itu, maka ia akan beruntung. “Itulah mengapa kemudian ulama disebut sebagai pewaris para nabi, warosatul anbiya, karena ulama itu memiliki ilmu.

Dan ingat, dalam Al-Quran ditegaskan bahwa hanya ulama-lah yang takut kepada Allah, karena ulama mengetahui ilmunya, semakin tinggi keulamaannya maka ia akan semakin takut kepada Allah” terang beliau.

Prof. Abu Zaid juga menyinggung tentang kaitan keilmuan dan keikhlasan. Keduanya, menurutnya, tidak bisa dipisahkan. Ilmu tanpa keikhlasan akan hampa, dan keikhlasan tanpa ilmu tak akan bermakna. “Al-Azhar bisa bertahan hingga 1080 tahun usianya hingga hari ini, menurut saya diantaranya karena faktor menjaga tradisi keilmuan yang kuat mengakar dan memelihara ruh keikhlasan sebagai dasar pijakannya, dan saya melihat dan mencium aroma keduanya yaitu keilmuan dan keikhlasan di Pondok Tazakka ini” tandas pakar Ushul Fiqh itu.

Di akhir kuliah umum beliau mengetengahkan kisah Ibnu Qosim yang belajar 20 tahun kepada Imam Malik. “Aku belajar 20 tahun kepada Imam Malik; 18 tahunnya aku belajar adab darinya dan hanya 2 tahun selanjutnya aku belajar ilmu darinya, dan setelah aku selesai 20 tahun itu, aku akhirnya menginginkan agar kalau bisa semuanya aku gunakan untuk belajar tentang adab” paparnya.

Melalui kisah itu, beliau ingin menegaskan bahwa di atas ilmu ada akhlak. Dan itulah misi utama kenabian. “Tidak boleh ada kontradiksi antara ilmu dan etika; antara pengetahuan dan akhlak. Ilmu semakin tinggi dipelajari akan semakin menghasilkan akhlak yang mulia; dan akhlak yang mulia itu sendiri tidak lain adalah cerminan dari keilmuan” pungkas beliau.

Usia kuliah umum, KH. Anizar tampil memberikan statemen penutup. Menurutnya, hubungan Mesir dan Indonesia telah terjalin sangat lama, bahkan Mesir adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Dan khususnya, hubungan Tazakka dengan Al-Azhar juga sudah sangat erat terjalin. Pimpinan Pondok KH. Anizar mendapat kehormatan dan amanah untuk mengatur dan mendampingi tiga kali kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar ke Indonesia, yaitu As-Syaikh Prof. Dr. Sayyid Thantowi pada 2006 dan As-Syaikh Prof. Dr. Ahmad Thoyyib pada 2016 dan 2018. Bahkan, beberapa kunjungan pimpinan Universitas Al-Azhar dan guru besarnya ke Indonesia, Tazakka ikut berperan aktif, termasuk kunjungan Wakil Rektor Al-Azhar kali ini.

Acara diakhiri dengan perfotoan bersama para santri dan guru. @hakam