Rektor Unida Gontor Kunjungi Tazakka

Rektor Unida Gontor Kunjungi Tazakka

TAZAKKA – Rektor UNIDA Gontor Prof. Dr. KH. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.A.Ed., M.Phil berkunjung ke Pondok Modern Tazakka, Jum’at (24/9).

Beliau diterima langsung oleh Pimpinan Pondok KH. Anang Rikza Masyhadi, MA. dan KH. Muhammad Bisri, S.H.I., M.Si, Ketua Yayasan Tazakka H. Anta Masyhadi, Ketua Yayasan Pendidikan Tinggi Tazakka H. Teguh Suhardi, Wakil Pengasuh KH. Oyong Shufya, Lc., M.A beserta seluruh Kepala-kepala Departemen dan Kepala-kepala Bagian.

Kunjungan rektor UNIDA Gontor kali ini untuk memberikan pencerahan pada salah satu sesi seminar pembekalan Fathul Kutub Siswa Akhir KMI Pondok Modern Tazakka dengan tema Intelektualisme Islam dan Tantangan Liberalisme.

Karena pentingnya tema seminar ini, maka tidak saja dihadiri siswa Kelas Akhir KMI Tazakka, tetapi juga para guru Tazakka dan beberapa undangan dari beberapa pesantren sekitar.

Sebelum mengisi seminar Fathul Kutub, Prof. Dr. KH. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.A.Ed., M.Phil. berkenan shalat dan menjadi imam Jumat di Masjid Az-Zaky serta memberi tausiyah kepada seluruh santri.

Dalam tausiyahnya, Beliau mengingatkan bahwa nyantri sekarang tidak seperti zaman dulu yang serba terbatas fasilitasnya. Namun, jangan sampai fasilitas dan kenyamanan membuat santri terlena dan melemah etos belajarnya. “Sukses itu tidak datang dari zona nyaman” kata beliau.

Menurut Beliau, pendidikan di pondok modern adalah pendidikan yang holistik, yaitu pendidikan yang komprehensif meliputi semua aspek kehidupan. Jadi, bukan saja pendidikan akademik, tetapi juga mental dan spiritual.

“Sistem pondok modern menerapkan apa yang disebut dengan holistic education, jadi mendidik semua sisi secara komprehensif” ujarnya.

Bekal pendidikan yang holistik inilah yang membekali para santrinya kemampuan beradaptasi dengan perubahan zaman. Prof. Hamid berpesan agar para santri dapat berkiprah di semua lini kehidupan dengan tetap memelihara identitas kesantriannya.

Sementara itu, dalam paparannya saat seminar, Rektor UNIDA yang meraih dua kali Master di Punjab University Pakistan dan di Birmingham University Inggris, menegaskan agar para santri waspada dan berhati-hati dengan pemikiran liberalisme, sekulerisme, feminisme dan humanisme.

Liberalisme, menurutnya adalah alat yang digunakan Barat untuk mengubah cara berpikir umat Islam terhadap ajaran agamanya.

“Sedangkan melalui feminisme, mereka ingin menghancurkan institusi keluarga. Karena mendekonstruksi pola muamalah antar anggota keluarga sebagaimana yang diajarkan oleh Islam” imbuh peraih Doktor Filsafat Islam dari ISTAC, Malaysia.

Adapun humanisme, menurutnya sekarang menjadi semacam agama yang dianut oleh orang-orang Barat.

“Agamanya orang Barat, bisa dibilang sekarang ini ya humanisme itu, karena itu yang dianut mereka saat ini, baik buruk, dalam humanisme, tidak lagi ditentukan oleh agama, tetapi oleh manusia sesuai seleranya sendiri” tandasnya.

Nampak para santri dan guru antusias menyimak seminar ini. Pimpinan Pondok Ayahanda KH. Anang Rikza Masyhadi, M.A mengaku bersyukur Prof. Hamid berkenan hadir di Tazakka. Menurutnya, ini bisa menjadi kebanggaan tersendiri bagi para santri dikunjungi tokoh-tokoh pemikir muslim berkaliber internasional.

Tak ketinggalan, para guru Tazakka yang lulusan ISID Gontor (kini bernama UNIDA) seolah bernostalgia dengan guru dan bapak asuhnya saat mereka menjadi mahasiswa dulu. Momentum kehadirannya pun dimanfaatkan untuk berfoto bersama.

Kegiatan Fathul Kutub Siswa Kelas Akhir ini berlangsung selama 15 hari. Yaitu tujuh hari pertama untuk seminar-seminar pembekalan berisi teori-teori dan wawasan dengan menghadirkan para pakar di bidangnya.

Sedangkan tujuh hari berikutnya adalah untuk bedah kitab di perpustakaan. Setiap santri akan diberi soal untuk memecahkan persoalan-persoalan yang jawabannya harus merujuk pada kitab-kitab referensial.

“Selama tujuh hari itu, mereka bercengkrama dengan 24 ribu judul kitab, membacanya, menelaah, dan merumuskan jawaban dalam bentuk paper, lalu mendiskusikannya” jelas Ustadz H. Hakim As-Shidqi, M.Pd.I, Kepala Departemen Pendidikan dan Pengajaran. @aliakbar