KUNJUNGI OXFORD, UNIDA DAN OXFORD SEPAKAT BANGUN KERJASAMA

KUNJUNGI OXFORD, UNIDA DAN OXFORD SEPAKAT BANGUN KERJASAMA

OXFORD – Rektor Unida Gontor dan delegasi berkunjung ke Oxford Center for Islamic Studies (OCIS), Rabu (15/3). Rombongan rektor diterima dengan hangat oleh Direktur OCIS, Prof. Farhan Ahmad Nizami dan Fellow Prof. Afifi Al-Akiti di kantornya.

Dalam kunjungan itu, Prof. Dr. KH. Hamid Fahmi Zarkasyi, M.A., M.Phil didampingi oleh Wakil Rektor Unida Bidang Kerjasama Dr. H. Khairul Umam, M.Ec, KH. Anang Rikza Masyhadi, M.A., Ph.D dari Tazakka dan KH. Hadiyanto Arief, S.H., M.Bs dari Darunnajah.

Selain mereka, rombongan juga dibersamai oleh para kader Unida yang sedang mengambil Ph.D Program di Inggris: Ustadz Eko Nur Cahyo (Ph.D candidate in waqf di Coventry University), Ustadz Royyan Ramdani (Ph.D candidate in Economic di Kingston University) dan Ustadz Taufik Affandi (Ph.D candidate in Islamic Finance di Durham University).

Direktur OCIS, Prof. Farhan Nizami mengapresiasi dan menyambut baik kunjungan Rektor Unida. Menurutnya hubungan Oxford Center for Islamic Studies dengan Indonesia telah terjalin sejak lama. Ratusan mahasiswa Ph.D degree dari berbagai kampus di Indonesia datang untuk belajar, atau untuk riset di sini, tandasnya.

Presiden SBY pernah berkunjung dan memberikan speech di OCIS. Bahkan, sampai hari ini salah seorang tokoh Indonesia yaitu Bapak Jusuf Kalla masih tercatat sebagai salah seorang anggota Dewan Penyantun OCIS, imbuh Prof. Farhan.

Dalam pertemuan itu banyak ide dan inisiatif kerjasama yang bisa dikerjakan oleh kedua belah pihak: studi Ph.D degree untuk para dosen Unida di Oxford Center for Islamic Studies, student exchange, shortcourse collaboration, research collaboration, join supervisor, dan lain-lain.

Prof. Hamid Fahmi Zarkasyi memandang bahwa kerjasama Unida dengan OCIS sangat penting untuk meningkatkan kapasitas para dosen Unida. Ia berharap perguruan tinggi pesantren lainnya dapat pula mengakses dan bekerjasama dengan OCIS.

Rombongan Unida Gontor kemudian diajak meninjau beberapa collage yang ada di Oxford oleh Prof. Afifi, salah seorang fellow di OCIS. Menurutnya, tradisi collage di Oxford yang telah berlangsung selama 8 abad adalah tradisi boarding atau asrama-asrama seperti dalam tradisi pesantren salaf di Indonesia. Di college biasanya yang dibina oleh para mentor.

Konsep collage Oxford ini mengikuti tradisi ruwaq-ruwaq yang telah dikembangkan beberapa abad sebelumnya di Al-Azhar Kairo.

Prof. Hamid menjelaskan bahwa Unida menerapkan konsep Pesantren University, yaitu universitas berbasis pesantren dimana seluruh mahasiswanya tinggal di dalam asrama dan dibimbing 24 jam oleh para kiai, pengasuh dan dosen-dosen, agar tercipta atmosfer akademik yang tinggi namun tetap mengaplikasikan nilai-nilai pesantren. Dengan demikian, imbuhnya, Unida adalah perguruan tinggi Islam dengan tetap berjiwa pesantren.

Menilik akar tradisi ini dalam tradisi akademik di perguruan tinggi terkemuka di dunia, maka tradisi akademik dalam college, atau ruwaq atau pesantren inilah yang perlu terus dilestarikan dan dikembangkan.

Menurut Kiai Anang, kunjungan ini disupport oleh ASFA Foundation yang terus berkomitmen memajukan pesantren, khususnya dalam pengembangan kaderisasi sumber daya manusia di lingkungan pesantren.